UNPATTI,- Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura menyelenggarakan kegiatan the 1st International Seminar on Indonesian Mollusc and The 6th National Seminar On Mollusc, yang berlangsung secara hybrid di Ruang IT Center Lt. 4 Laboratorium Terpadu Pendukung Blok Masela, 17 – 18 Oktober 2024.
Kegiatan yang digagas oleh Ikatan Malakologi Indonesia (MMI) dan dilaksanakan di Universitas Pattimura mengusung tema “Utilization of Biotechnology and Local Knowledge to Optimize Mollusc Conservation, Cultivation, and Post-Harvesting”.

Ketua Panitia, Ir. Sara Haumahu, M.Si dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini diselenggarakan secara hybrid di Laboratorium Terpadu Universitas Pattimura, Ambon. Seminar ini menyebarluaskan 61 artikel penelitian dari dalam dan luar negeri dan mempertemukan 70 pemakalah untuk berpartisipasi dalam diskusi guna meningkatkan akses dan keterlibatan. Makalah yang dipresentasikan akan dipublikasikan di jurnal nasional dan internasional, sehingga memperluas dampak dari segi pengetahuan. Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang luar biasa untuk berkumpul, berbagi wawasan, dan memperkuat kolaborasi lintas akademisi, penelitian, dan pembuatan kebijakan. Tujuan bersama adalah untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan kekayaan keanekaragaman hayati moluska Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya laut melimpah, dan dengan potensi besar maka Indonesia merupakan rumah bagi keanekaragaman spesies moluska yang luar biasa untuk pemanfaatan dan konservasi berkelanjutan.
“Hari ini, kita hadir untuk memperdalam kolaborasi kita, yang bertujuan untuk memberi manfaat tidak hanya bagi pemerintah dan komunitas ilmiah, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan,” terangnya.
Ia juga mengatakan, Seminar ini menandai langkah bersejarah, menjadi pertemuan internasional pertama di bawah MMI, dan mencerminkan komitmen yang semakin besar untuk memajukan malakologi di wilayah Indonesia. Tema yang dibahas merupakan sebuah tantangan global untuk menggabungkan teknik modern dengan kearifan tradisional serta solusi berkelanjutan.
Semoga seminar ini menginspirasi kita untuk bertindak bersama demi konservasi moluska yang berkelanjutan. Seperti yang pernah dikatakan Jacques Cousteau dalam bukunya: Orang melindungi apa yang mereka cintai. Diharapkan, buku ini memperdalam apresiasi kita dan menginspirasi kita untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati laut Indonesia untuk generasi mendatang.

“Saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak, atas kehadirannya dalam kegiatan disaat ini. Kegiatan ini sebagai wadah dalam membangun kolaborasi untuk memajukan konservasi dan pemanfaatan moluska secara berkelanjutan di Indonesia dan sekitarnya. Saya sangat senang menyambut pembicara utama yakni Prof. Julia Sigwart dari the Senckemberg Research Institute and Natural Hostory Museum – Germany, Prof. Heike Wagele dan Prof. J. Wolfgang Wagale dari the Museum Koenig Bonn – Germany, Prof. Laurent Seuront dari the Centre National University de la Recherche Scientifique (CNRS), dan Dr. Neo Mei Lin dari the National University of Singapore. Kami juga mengucapkan terimakasih atas kehadiran dari Dr. Ayu Nurinsiyah dari BRIN, Dr. Adelfia Papu dari Sam Ratulangi University, dan Fiddy Semba Prasetya, Ph.D juga dari BRIN. Kehadiran anda disini sangat bermanfaat bagi diskusi kita, dan kami menantikan wawasan yang anda bagikan,” ujar Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Universitas Pattimura, Prof. Dr. Pieter Kakisina, S.Pd, M.Si dalam mengawali sambutannya.
Lebih lanjut dikatakan, tema yang diangkat pada kegiatan ini sangatlah relevan dengan dunia saat ini, karena seringkali diperhadapkan dengan kebutuhan mendesak untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan. Perairan di sekitar Ambon, yang dikenal dengan sebutan Ambon Manise, telah menjadi sumber kehidupan dan mata pencarian, menyediakan sumber daya laut melimpah untuk menopang masyarakat setempat. Namun seiring dengan meningkatnya tekanan pada ekosistem laut, sangat penting bagi masyarakat untuk memanfaatkan kemajuan ilmiah dan pengetahuan tradisional dalam melindungi sumber daya laut, dan memastikan pemanfaatannya yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.
“Tujuan seminar ini bukan hanya untuk berbagi hasil penelitian, tetapi juga untuk mendorong pertukaran ide yang dapat menghasilkan tindakan konkret. Kita semua berkumpul disini bukan hanya sebagai ilmuwan dan akademisi, tetapi juga sebagai penjaga lingkungan laut. Kolaborasi antara Bioteknologi Moderen dan kearifan lokal menawarkan pendekatan unik untuk mengoptimalkan konservasi dan budidaya moluska, yang sangat penting tidak hanya bagi keanekaragaman hayati, tetapi juga bagi ekonomi dan budaya masyarakat pesisir,” tambahnya.
Beliau berharap, kegiatan yang digelar ini kiranya dapat membuahkan hasil, penuh dengan diskusi yang aktif, dan berbagi pengetahuan agar semua dapat menantikan masa depan dengan pengetahuan, penelitian, dan teknologi yang inovatif untuk menjaga laut agar tetap sehat dan berkelanjutan.

Senada dengan itu, Ketua Perhimpunan Malakologi Indonesia, Dr. rer.nat. Ayu Savitri Nurinsiyah, M.IL., M.Sc mengatakan, Masyarakat Moluska Indonesia berdiri 15 tahun silam, tahun 2009 di Kota Bogor. Terhitung sejak 10 Februari 2021, MMI telah disahkan oleh Kemenkumham sehingga secara resmi keberadaannya berada di Republik Indonesia. Pada hari ini, keluarga besar Masyarakat Moluska Indonesia memiliki anggota sebanyak 267 orang yang tersebar di 32 provinsi di Indonesia dan 1 dari Malaysia. Berbagai program sudah dijalankan oleh MMI sebagai wadah bertukarnya informasi dan kompetensi sumber daya manusia Moluska Indonesia.
“Kegiatan tersebut antara lain menghimpun pecinta, pemerhati, peneliti hingga praktisi yang bergerak di Bidang Moluska Indonesia, bertukar informasi dan diseminasi pengetahuan dan penelitian terkait Moluska melalui Bulletin MMI, Jurnal Moluska Indonesia, Bincang Moluska Indonesia dan berbagai sarana sosial media yang dimiliki MMI seperti website, Instagram, dan Facebook,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, MMI juga saat ini juga berupaya untuk melakukan pendataan Moluska Indonesia. Ada juga Program MMI lainnya yaitu keikutsertaan dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional, serta penyelenggaraan Seminar Nasional Moluska Indonesia yang diadakan setiap 2 tahun sekali. Selain itu juga bersamaan dengan kegiatan Seminar Nasional Moluska Indonesia, juga diadakan Kongres Moluska Indonesia.
Ia berharap, kehadiran MMI di Indonesia dapat menempati peran penting dalam mengungkapkan keanekaragaman hayati dan potensi Moluska Indonesia sehingga dapat mendukung pemerintah secara khusus, dan masyarakat secara umum dalam upaya konservasi dan pemanfaatan moluska yang berkelanjutan. Semoga kegiatan Seminar International of Indonesian Mollusc dan Seminar Nasional Moluska Indonesia ini dapat memberikan manfaat bagi para pemakalah, peserta, maupun penyelenggara, dan sebagai wadah memperluas dan mempererat jejaring diantara pemerhati Moluska, dan juga menjadi wadah diseminasi dan pertukaran informasi serta ilmu pengetahuan terkait Moluska Indonesia.”Sukses untuk kegiatan Seminar Nasional Moluska dan dapat menikmati seminar ini,” tutupnya.
#UniversitasPattimura
#HumasUnpatti
#SeminarInternasionalMMI-FPIKUnpatti
#KampusOrangBasudara
#BerkembangDalamTantangan
#Hotumese

